PEMUDA
DAN PERMASALAHAN YANG DI HADAPI
Dosen
: EMILIANSHAH BANOWO
Disusun
Oleh : Muhammad Kahfi
NPM
: 54417101
Kelas
: 1IA12
Jurusan : Teknik Informatika
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat yang diberikan-Nya
sehingga tugas Makalah yang berjudul “PEMUDA DAN REMAJA DALAM PERMASALAHAN
GENERASI” ini dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban
untuk memenuhi tugas.
Dalam
kesempatan ini, penulis menghaturkan terimakasih yang dalam kepada semua pihak
yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran mereka demi terwujudnya
makalah ini. Akhirnya saran dan kritik pembaca yang dimaksud untuk mewujudkan
kesempurnaan makalah ini penulis sangat hargai.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Remaja
adalah masa peralihan diri anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi berbagai
macam perubahan yang cukup bermakna baik secara fisik, biologis, mental dan
emosional serta psikososial. Kesemuanya ini dapat mempengaruhi kehidupan
pribadi, lingkungan keluarga maupun masyarakat. Ketidak siapan remaja dalam
menghadapi perubahan tersebut dapat menimbulkan berbagai perilaku menyimpang
seperti : kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang, penyaki menular
seksual (PMS) dan HIV / AIDS, kehamialn yang tidak diinginkan, Aborsi dan
sebagainya.
Untuk
mendukung agar remaja berperilaku reproduksi secara sehat dan bertanggung jawab
maka mereka perlu di beri pengetahuan dan informasi tentang kesehatan
reproduksi. Informasi tersebut dimaksud untuk mengimbangi informasi global yang
dapat mengancam terwujudnya generasi muda yang sehat, mandiri dan berkualitas.
B. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah ini
akan dibahas tentang perilaku remaja, kesehatan reproduksi ( KR ), yang secara
umum difenisikan sebagai kondisi sehat dari sistem, fungsi dan proses alat
reproduksi yang kita miliki, pengertian sehat tersebut tidak semata bearti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara
mental serta sosial-kultural.
Adapun beberapa rumusan masalah tersebut antara lain:
a. Definisi Remaja
b. Karakteristik remaja
c. Fase Pertumbuhan Remaja
d. Remaja dan permasalahannya
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
Penulisan makalah ini adalah sebagai rangkuman dari sisi kehidupan remaja dan
permasalahannya yang tersusun dalam bentuk sebuah makalah dan juga sebagai
acuan tugas sekolah pelajaran Bahasa Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Definisi Remaja
Remaja
berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Remaja
sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan
anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh
Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat
transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak
lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53)
masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun
sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23)
remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa
ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal
senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene)
diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia
remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun
= masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
= masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa
remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja
awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja
akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi
yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan
Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari
masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun,
dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik,
maupun psikologis.
B. Karakteristik Remaja
Karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis,
transisi kognitif, dan transisi sosial akan dipaparkan di bawah ini:
- Transisi Biologis
Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada
remaja terlihat nampak pada saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan
berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang
terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh
(badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya, mulai berfungsinya
alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada
laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarlito Wirawan
Sarwono, 2006: 52).
Selanjutnya, Menurut Muss (dalam Sunarto & Agung Hartono,
2002: 79) menguraikan bahwa perubahan fisik yang terjadi pada anak perempuan
yaitu; perertumbuhan tulang-tulang, badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan
menjadi panjang, tumbuh payudara.Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap di
kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimum setiap tahunnya,
bulu kemaluan menjadi kriting, menstruasi atau haid, tumbuh bulu-bulu ketiak.
Sedangkan pada anak laki-laki peubahan yang terjadi antara
lain; pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu
kemaluan yang halus, lurus, dan berwarna gelap, awal perubahan suara, ejakulasi
(keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan
mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus diwajaah
(kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak, akhir perubahan suara, rambut-rambut
diwajah bertambah tebal dan gelap, dan tumbuh bulu dada.
Pada dasarnya perubahan fisik remaja disebabkan oleh
kelenjar pituitary dan kelenjar hypothalamus. Kedua
kelenjar itu masing-masing menyebabkan terjadinya pertumbuhan ukuran tubuh dan
merangsang aktifitas serta pertumbuhan alat kelamin utama dan kedua pada remaja
(Sunarto & Agung Hartono, 2002: 94)
2. Transisi Kognitif
Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari
lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya
dalam perkembangan kognitif remaja.
Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata
pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis.
Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya dapat
menyelesaikan persamaan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealistis dalam
berpikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain
dan dunia. Remaja berfikir secara logis yang mulai berpikir seperti ilmuwan,
menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis
menguji cara pemecahan yang terpikirkan.
3. Transisi Sosial
Perkembangan sosial
anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya
pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas
dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan
berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman
sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008: 139).
C. Fase Pertumbuhan Remaja
1. Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari
kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan
dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja,
yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ
seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan
intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya,
remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu
segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya
baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini
akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model
rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani
mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan
akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi
oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai
anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya
sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang
tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan
yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain
selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk
bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan
teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman
karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi,
pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap
sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada
saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan
psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya
dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja,
meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu
adalah masalah yang sangat-sangat berat.
2. Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan
fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya,
sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak
lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan
hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat
muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi
yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah
yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang
tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar
tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan
psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya
akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya
perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi,
penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya
emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami
perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun,
di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin
kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat
peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
3. Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan
baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan.
Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka.
Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung
lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri
lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan
seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum
tercapai sepenuhnya.
4. Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang
sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari
berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang
didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih
mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas,
seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya
serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
D. Remaja dan Permasalahannya
Masalah
remaja sebagai usia bermasalah. Setiap periode hidup manusia punya masalahnya
tersendiri, termasuk periode remaja. Remaja seringkali sulit mengatasi masalah
mereka. Ada dua alasan hal itu terjadi, yaitu : pertama; ketika masih
anak-anak, seluruh masalah mereka selalu diatasi oleh orang-orang dewasa. Hal
inilah yang membuat remaja tidak mempunyai pengalaman dalam menghadapi masalah.
Kedua; karena remaja merasa dirinya telah mandiri, maka mereka mempunyai gengsi
dan menolak bantuan dan orang dewasa.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.
Remaja pada umunya mengalami bahwa pencarian jati diri atau keutuhan diri itu suatu masalah utama karena adanya perubahan-perubahan sosial, fisiologi dan psikologis di dalam diri mereka maupun di tengah masyarakat tempat mereka hidup. Perubahan-perubahan ini dipergencar dalam masyarakat kita yang semakin kompleks dan berteknologi modern.
Adapun masalah yang
dihadapi remaja masa kini antara lain :
1. Kebutuhan akan figur teladan
Remaja jauh lebih
mudah terkesan akan nilai-nilai luhur yang berlangsung dan keteladanan orang
tua mereka daripada hanya sekedar nasehat-nasehat bagus yang tinggal hanya
kata-kata indah
2. Sikap Apatis
Sikap apatis
meruapakan kecenderungan untuk menolak sesuatu dan pada saat yang bersamaan
tidak mau melibatkan diri di dalamnya. Sikap apatis ini terwujud di dalam
ketidakacuhannya akan apa yang terjadi di masyarakatnya.
3. Kecemasan
dan kurangnya harga diri
Kata stess atau
frustasi semakin umum dipakai kalangan remaja. Banyak kaum muda yang mencoba
mengatasi rasa cemasnya dalam bentuk “pelarian” (memburu kenikmatan lewat
minuman keras, obat penenang, seks dan lainnya).
4. Ketidakmampuan
untuk melibatkan diri
Kecenderungan
untuk mengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis, membuat para
remaja sulit melibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan
pribadi dan dalam kehidupan di masyarakat. Persahabatan dinilai dengan untung
rugi atau malahan dengan uang.
5. Perasaan tidak berdaya
Perasaan
tidak berdaya ini muncul pertama-tama karena teknologi semakin menguasai gaya
hidup dan pola berpikir masyarakat modern. Teknologi mau tidak mau menciptakan
masyarakat teknokratis yang memaksa kita untuk berpikir tentang keselamatan
diri kita di tengah-tengah masyarakat. Lebih jauh remaja mencari “jalan
pintas”, misalnya menggunakan segala cara untuk tidak belajar tetapi mendapat
nilai baik atau ijazah
6. Pemujaan
akan pengalaman
Sebagian
besar tindakan-tindakan negatif anak muda dengan minumam keras, obat-obatan dan
seks pada mulanya berawal dan hanya mencoba-coba. Lingkungan pergaulan anak
muda dewasa ini memberikan pandangan yagn keliru tentang pengalaman.
Bentuk-bentuk dan
perbuatan yang anti sosial antara lain:
a. Anak-anak muda yang berasal dan golongan
orang kaya yang biasanya memakain pakaian yang mewah, hidup hura-hura dengan
pergi ke diskotik merupakan gaya hidup mewah yang tidak selaras dengan kebiasaan
adat timur.
b. Di sekolah, misalnya dengan melanggar tata tertib sekolah
seperti bolos, terlambat masuk kelas, tidak mengerjakan tugas dan lain
sebagainya.
c. Ngebut, yaitu mengendarai mobil atau motor
ditengah-tengah keramaian kota dengan kecepatan yang melampaui batas maksimum
yang dilakukan oleh para pemuda belasan tahun.
d. Membentuk kelompok (genk-genk) remaja yang tingkah lakunya
sangat menyimpang dengan norma yang berlaku di masyarakat, seperti tawuran
antar kelompok.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa
kanak-kanak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi orangtua tidak lebih hanyalah
merupakan suatu proses wajar dalam hidup yang berkesinambungan dari tahap-tahap
pertumbuhan yang harus dilalui oleh seorang manusia. Setiap masa pertumbuhan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Demikian pula dengan masa remaja. Masa remaja sering dianggap
sebagai masa yang paling rawan dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering
menimbulkan kekuatiran bagi para orangtua. Masa remaja sering menjadi
pembahasan dalam banyak seminar. Padahal bagi remaja, masa ini adalah masa yang
paling menyenangkan dalam hidupnya. Oleh karena itu, para orangtua hendaknya
lebih memperhatikan kehidupan remaja agar tidak terjerumus kedalam hal-hak yang
tidak diinginkan, dan membawa masa depan remaja kearah yang lebih baik,
disamping itu peran serta Pemerintah, LSM, Pemuka Masyarakat serta remaja itu
sendiri sangat di perlukan.
B. SARAN - SARAN
Adapun Saran Penulis kepada
teman-teman seremaja antara lain :
Ø Berbagi rasa dengan orangtua atau orang yang
dituakan di rumah
Ø Carilah seorang sahabat terbaik.
Ø Tingkatkan rasa percaya diri dan katakana
tidak pada hal-hal negatif.
Ø Bergaullah dalam kelompok atau bentuklah
kelompok dengan aktifitas positif
Ø Jagalah Kesehatan Fisikmu sedini mungkin dan
secara terus-menerus.
Refrensi:
http://makalah-xyz.blogspot.co.id/2016/10/remaja-dan-pemuda-dalam-permasalahan.html
Komentar
Posting Komentar